Apakah pengetahuan hanya sebatas NILAI?
(Artikel : Silvia Willy)
Semua orang
mengatakan bahwa pengetahuan itu penting. Mulai dari anak yang baru bisa
merangkak sampai orang tua. Semuanya ingin mengetahui apa saja yang ada dalam
ilmu pengetahuan.
“Two things are
infinite: the universe and human stupidity; and I'm not sure about the
universe.Science without religion is lame, religion without science is
blind.The most beautiful thing we can experience is the mysterious. It is the
source of all true art and science - Albert Einstein.
Pada artikel ini saya
akan memberi contoh dari seorang ilmuwan terkenal di abadnya. Siapa yang tidak
mengetahuinya? Saya rasa semua orang dari belahan bumi manapun mengetahuinya.
Ia membuat perubahan dalam ilmu pengetahuan dengan dampak besar untuk proses
pengetahuan masa kini maupun masa mendatang.
Saya tidak akan membahas
apa saja yang telah ditemukan dan ditelitinya namun hanya mengajak pembaca
Misiologi untuk mengetahui motivasinya untuk belajar dalam ilmu pengetahuan
melalui kata-kata bijaknya.
Tentu anda ingat dengan
seorang dosen yang bertanya pada mahasiswanya tentang keberadaan Tuhan lalu ia
mengungkapkan hal dengan cara yang luar biasa.
Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswa
nya dengan pertanyaan ini, "Apakah
Tuhan menciptakan segala yang ada?".
Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, "Betul, Dia yang
menciptakan semuanya".
"Tuhan menciptakan semuanya?" Tanya professor sekali
lagi. "Ya, Pak, semuanya" kata mahasiswa tersebut.
Profesor itu menjawab, "Jika Tuhan menciptakan segalanya,
berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut
prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa
berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan".
Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis
professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa
sekali lagi dia telah membuktikan kalau Agama itu adalah sebuah mitos.
Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, "Profesor,
boleh saya bertanya sesuatu?".
"Tentu saja," jawab si Profesor,
Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, "Profesor, apakah
dingin itu ada?"
"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada.
Kamu tidak pernah sakit flu?" Tanya si professor diiringi
tawa mahasiswa lainnya.Mahasiswa itu menjawab,
"Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada.
Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah
ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua
partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita
menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas."
Mahasiswa itu melanjutkan, "Profesor, apakah gelap itu
ada?" Profesor itu menjawab, "Tentu saja itu ada."
Mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi anda salah, Pak.
Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada
cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak.
Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk meme-cahkan cahaya
menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna.
Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan
berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk
mendeskripsikan ketiadaan cahaya."
Akhirnya mahasiswa itu bertanya, "Profesor, apakah
kejahatan itu ada?"
Dengan bimbang professor itu menjawab, "Tentu saja, seperti
yang telah kukatakan sebelumnya.
Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara
kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah
manifestasi dari kejahatan."
Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, "Sekali
lagi Anda salah, Pak.
Kejahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan.
Seperti dingin atau gelap, kajahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk
mendeskripsikan ketiadaan Tuhan.
Tuhan tidak menciptakan kajahatan. Kajahatan adalah hasil dari
tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia. Seperti dingin yang timbul dari
ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya."
Profesor itu terdiam.
Nama mahasiswa itu adalah "Albert Einstein" .
Setelah membaca
percakapan diatas, apa yang dapat disimpulkan?
Agama adalah dasar dari
pengetahuan. Kamu bisa saja jenius atau cerdas dalam berbagai hal namun kamu
belum tentu percaya bahwa Tuhan itu ada. Namun jika kamu percaya Tuhan selalu
ada maka sudah pasti kamu mempunyai pengetahuan. “The more I study science the
more I believe in GOD”
Yap, pengetahuan didapat
atas rasa ingin tahu dan hal itu tak terbatas. Kita mendapatkan pengetahuan
dalam berbagai tempat dan tempat terbesar adalah lembaga pendidikan.
Namun sudahkah kita
mendapatkan pengetahuan dengan cara yang benar? Sudahkah kita mengikuti
pendidikan dengan cara yang benar pula?
Kebanyakan Mahasiswa
menempuh pendidikan hanya dengan motivasi mendapatkan nilai terbaik. Tidak
dapat dipungkiri karena saya juga berpikiran yang sama.
Cara untuk mendapatkan
nilai terbaik itu seperti apa?
Ada yang berusaha
belajar sekerasnya dan ada juga yang berusaha dengan keras tetapi cara yang
digunakan salah. Hal yang salah itu tentu tidak baik bahkan Tuhan pun tidak
menginginkannya, akan lebih baik jika kita mendapatkan nilai yang sesuai dengan
kemampuan kita dan juga sesuai dengan keinginan Tuhan. Tidak perlu khawatir
dengan nilai yang didapat, kita hanya perlu berusaha dan untuk hasilnya
serahkan pada Tuhan dalam doa. Kita tidak perlu repot-repot memikirkannya,
sudah repot berusaha lalu repot juga pada hasil. Toh jika kamu mendapatkan
nilai yang tidak sesuai keinginanmu belum tentu kamu seseorang yang tidak
pandai atau pintar dalam itu, yang terpenting kamu mengetahui ilmu yang kamu
dapat karena pengetahuan tidak dapat diukur dengan nilai. Percaya saja Tuhan
selalu ambil bagian dalam Kehidupan kita.Oh ya dan terakhir yang harus kita
ingat, kita tidak perlu menjadi seperti Einstein, idolamu atau siapapun orang
yang kamu kagumi cukup Jadilah dirimu sendiri. Tentunya diri mu yang lebih baik
dengan versi terbaik menurut Tuhan.
Syalom Misiologiers!
Sumber dialog : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=8896462
Tidak ada komentar:
Posting Komentar